Tugas Akhir Kewirausahaan

 

 

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

 

“Kerupuk Jengkol Setan dan Pasta Jengkol”   Kuliner Bercita Rasa Nusantara.

 

 

BIDANG PENELITIAN :

PKM Kewirausahaan

 

 

Diusulkan oleh:

Eka Mardiana (10026027)

 

 

 

 

 

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2013


HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

 

  1. Judul Kegiatan                                               :  “Kerupuk Jengkol Setan dan Pasta Jengkol”   Kuliner Bercita Rasa Nusantara.

 

  1. Bidang Kegiatan                                            :  PKM Kewirausahaan

 

  1. Ketua Pelaksana Kegiatan

 

  1. Nama Lengkap                                          :  Eka Mardiana
  2. NIM                                                          :  10026027
  3. Jurusan                                                      :  Sastra Inggris
  4. Universitas                                                :  Universitas Ahmad Dahlan
    1. Alamat Rumah dan No. Tel/Hp                :  Jl. Pandeyan No. 10B, Yogyakarta. 085265315112
    2. Alamat email                                             :  khaceriiwis@gmail.com

 

  1. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis            :  5 (lima) orang

 

  1. Dosen Pendamping

 

  1. Nama Lengkap dan Gelar                         :  Tri Rina Budiwati, S.S, M.Hum
  2. NIP                                                           :  60020401
    1. Alamat Rumah dan No. Tel/Hp                :  Basen Rt 13/ Rw IV Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. 02747435129

 

  1. Biaya Kegiatan Total                                     :  Rp 10.500.000,-

 

  1. Jangka Waktu Pelaksanaan                            :  4 (empat) bulan

 

Yogyakarta, 13 Oktober 2012

Menyetujui

Ketua Program Studi                                            Ketua Pelaksana Kegiatan

 

 

Tri Rina Budiwati, S.S, M.Hum                           Eka Mardiana

NIP. 60020401                                                     NIM. 10026027

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan                 Dosen Pendamping

 

 

Drs. Muchlas,MT                                                  Tri Rina Budiwati, S.S, M.Hum

NIP. 131657944                                                   NIP. 60020401

 

JUDUL KEWIRAUSAHAAN

“Kerupuk Jengkol Setan dan Pasta Jengkol” Kuliner Bercita Rasa Nusantara.

 

LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia terkenal akan makanan penuh cita rasa rempah-rempah khas Nusantara. Banyak orang yang menyukai beberapa jenis makanan yang memang berasal asli dari daerah Nusantara. Selera masyarakat Indonesia yang sangat mengidolakan dan gemar mengonsumsi jengkol menjadikan menu berbahan baku satu ini laris di pasaran. Tak jarang kita melihat di beberapa rumah makan padang menu ini habis dalam sekejap. Jengkol memang dikenal sebagai bahan olahan yang nikmat dan bercita rasa tinggi. Banyak orang mengolahnya menjadi beberapa jenis masakan seperti rendang jengkol, semur jengkol, gulai jengkol ataupun sambal balado. Ini menandakan betapa jengkol menjadi primadona di tengah masyarakat. Bahkan di beberapa daerah, jengkol menjadi santapan pendamping atau lalapan yang wajib hadir di meja makan orang Indonesia.

Jengkol atau jering merupakan tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Tumbuhan ini biasanya hidup di daerah Indonesia, Thailand dan Malaysia. Bijinya sering dimanfaatkan untuk bahan pangan. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal jengkol sebagai komoditas yang layak konsumsi. Jengkol yang memiliki tekstur sedikit keras dan berasa pahit ini dapat diolah ke berbagai macam masakan khas nusantara.  Jengkol sendiri termasuk dalam kelompok polong-polongan.

Bijinya dalam keadaan matang keras, namun berubah menjadi lunak dan empuk setelah direbus atau sedikit liat setelah digoreng. Tekstur inilah yang membuatnya disukai, walaupun beberapa orang juga menyukai konsumsi biji mudanya dalam keadaan mentah yang jauh lebih keras dan pahit. Kulit biji memiliki getah berwarna keunguan yang meninggalkan jejak yang sulit dihapus dari pakaian. Semakin tua,warna biji akan mengarah ke warna kuning dan akhirnya merah atau coklat setelah benar-benar matang. Aromanya agak menyerupai petai tetapi lebih lemah. Namun demikian setelah dikonsumsi, badan akan mengeluarkan bau menyengat melalui urin,feses. dan keringat, yang dipercaya lebih mengganggu dibanding mengkonsumsi petai.

Rakyat Indonesia yang terbiasa dengan komoditas ini memiliki kecintaan tersendiri terhadap makanan olahan jengkol. Terlebih-lebih mereka yang memang telah jatuh cinta dengan jengkol itu sendiri. Meskipun jengkol disinyalir sebagai penyebab timbulnya bau mulut, tetapi hal tersebut tidak mengurangi jumlah pecinta dari makanan olahan jengkol itu sendiri. Di beberapa daerah misalnya, jengkol dijadikan sebagai menu olahan wajib yang harus ada dalam beberapa perjamuan besar. Jengkol yang memiliki tekstur agak sedikit keras mampu diolah dengan beberapa cara agar teksturnya berubah menjadi sedikit empuk. Bagi pecinta jengkol sendiri, jengkol memiliki cita rasa tersendiri yang membuat mereka tidak mampu menarik diri dari pesona sang jengkol tersebut.

Dari beberapa alasan di atas, saya memilih jengkol sebagai bahan olahan yang mampu bersaing di dunia perdagangan. Karena adanya kemudahan dalam mengolah jengkol itu sendiri menjadi beberapa komoditas dagang yang menjual. Sebagai contohnya, saya memilih kerupuk jengkol yang diolah dengan cabe sehingga memiliki tingkat kepedasan yang mampu membuat para konsumen ketagihan untuk terus mencicipi menu andalan kami ini. Kenapa saya memilih ini? Karena saya berpikir bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang mayoritas mencintai cabe dan bahan olahan cabe dengan tingkat kepedasan yang bisa dikatakan sangat tinggi. Hal ini terbukti melalui beberapa produk yang diluncurkan oleh beberapa merk dagang sebelumnya. Kerupuk jengkol juga memiliki pasar yang menjanjikan dengan olahan yang tepat. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa kerupuk jengkol dan pasta yang diolah dengan beberapa bumbu asli Indonesia mampu menarik minat para konsumen untuk datang dan terus menikmati masakan olahan tersebut. Peluang bisnis ini dilirik karena adanya bidikan pangsa pasar yang luas dan menciptakan lapangan usaha yang menjanjikan ke depannya.

 

 

PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam kewirausahaan ini adalah:

  1. Bagaimana mengolah kerupuk jengkol dan pasta bersaus bahan olahan jengkol yang baik sehingga menghasilkan tekstur dan rasa yang diinginkan?
  2. Bagaimana cara mempromosikan bahan olahan ini sehingga mampu menarik minat para konsumen?
  3. Bagaimana peluang pasar terhadap produk olahan berbahan dasar jengkol?

 

 

TUJUAN PROGRAM

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disimpulkan, adapun tujuan dari kewirausahaan ini adalah:

  1. Menemukan cara dan komposisi yang tepat untuk dapat menghasilkan kerupuk jengkol dan saus pasta berbahan olahan jengkol dengan tekstur dan rasa yang diinginkan.
  2. Menemukan cara untuk mempromosikan produk olahan berbahan dasar jengkol sehingga banyak konsumen yang tertarik dan datang untuk menikmatinya.
  3. Mengetahui peluang pasar terhadap produk olahan berbahan dasar jengkol dan antusis masyarakat menerima produk tersebut.

 

LUARAN YANG DIHARAPKAN

Adapun luaran yang diharapkan dalam kewirausahaan ini adalah mampu menciptakan usaha sendiri yang nanti bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi dan membuka peluang bisnis bagi banyak orang. Hal ini juga diharapkan mampu membangkitkan kembali keinginan masyarakat untuk lebih menghargai makanan khas wilayah sendiri ketimbang menu olahan negara lain dengan harga yang terjangkau dan juga memiliki kandungan gizi bagi para konsumen itu sendiri. Diharapkan ke depannya melalui program ini, kami mampu mandiri sebagai pengusaha dan tidak selalu tergantung terhadap lapangan pekerjaan yang ada.

 

KEGUNAAN

Bisnis kuliner kami ini ditujukan untuk memberikan pilihan makanan yang beragam kepada masyarakat sehingga mereka bisa mencicipi produk olahan dari negara sendiri dengan kualitas yang tinggi tetapi memiliki harga terjangkau. Program ini juga mampu menciptakan peluang kerja bagi mahasiswa lainnya yang nantinya ingin bergabung di dalam bisnis kami. Peluang usaha ini tentunya menciptakan sosok-sosok pengusaha muda yang tangguh dan kuat untuk ke depannya mampu menjadi rekan bisnis dari usaha kami.

 

GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

Program kewirausahaan ini akan dilakukan melalui jalur langsung, yang artinya kami terjun secara langsung sebagai pekerja sekaligus pemimpin bagi usaha ini. Hal tersebut dimulai dengan adanya pembagian sistem kerja yang jelas antara para anggota sehingga ke depannya setiap anggota mulai menyadari kewajiban mereka dalam perjalanan usaha ini. Kami mencoba untuk melakukan proses produksi dan pemasaran dengan cara yang telah kami sepakati sebelumnya. Usaha ini akan dimulai dengan persiapan, yaitu pemilihan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. Para anggota diharapkan terjun langsung ke pasar untuk membeli dan mendapatkan bahan baku berkualitas tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumen pada akhirnya.

Hal selanjutnya yang akan kami lakukan adalah melakukan beberapa percobaan terhadap bahan baku untuk dapat diolah dan menemukan rumusan yang pas sehingga mampu bersaing di pasaran. Percobaan ini mungkin memerlukan waktu dan beberapa kali uji coba hingga akhirnya dapat menemukan cita rasa yang pas di lidah masyarakat. Apabila hal tersebut telah terlewati, kami mencoba untuk menemukan cara pemasaran yang cocok untuk produk ini. Dalam hal ini, kami memilih untuk membuka gerai makanan di suatu tempat yang kami nilai strategis dan cocok untuk memasarkan produk ini. Pilihan lainnya adalah kami menjualkannya di beberapa spot yang telah disurvei sebelumnya dan memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi. Kecintaan mereka terhadap produk ini tentunya menjadi tolak ukur kami untuk trus mengembangkan usaha tersebut.

Usaha kami ini juga mengedepankan sistem pelayanan, artinya kami tidak ingin mengesampingkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan para pekerjanya. Sebuah bisnis yang baik tentunya juga memberikan pelayanan yang terbaik untuk para konsumen mereka. Melalui usaha ini, kami berharap ke depannya mampu menjadi rekanan bisnis dari usaha lainnya.

 

METODE PELAKSANAAN

Adapun tahapan pelaksanaannya adalah:

  1. Survei lokasi usaha

Kegiatan survei ini ditujukan untuk menemukan tempat yang cocok untuk membuka usaha kuliner ini. Pencarian difokuskan kepada tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh para konsumen juga distribusi bahan baku.

  1. Persiapan produksi

Tahapan ini dilakukan untuk mengumpulkan beberapa informasi dan rumusan yang tepat terhadap resep yang akan dituangkan nantinya. Kami akan melakukan beberapa uji coba atas beberapa resep yang cocok untuk diaplikasikan terhadap menu ini. Dalam tahapan ini kami juga menyusun menu-menu yang akan kami sajikan untuk para konsumen.

  1. Produksi produk

Tahap produksi adalah tahapan dari eksekusi resep yang telah kami ciptakan sebelumnya. Bisa juga merupakan tahapan dari pengaplikasian dari beberapa resep yang telah ada tetapi dikombinasikan dengan ide kami. Masa ini juga digunakan untuk menguji produk yang telah diproduksi dalam skala kecil.

  1. Promosi produk

Setelah merasa pas dengan segala hal yang telah dilakukan dalam tahapan sebelumnya, kami mulai melakukan promosi produk kami melalui beberapa media, seperti media internet juga menggunakan pamflet. Hal tersebut dinilai lebih praktis dan terkesan efisien, karena kita mampu mengumumkan perilisan produk dengan cara yang mudah diterima oleh kalangan mahasiswa dan masyarakat.

  1. Pemasaran produk

Produk kami bisa dipasarkan melalui media internet atau online untuk kerupuk jengkol, sedangkan untuk pasta kami memasarkannya di stand yang telah kami dirikan sebelumnya. Tempat tersebut juga sebagai spot untuk para konsumen mendapatkan menu-menu pasta olahan lainnya yang telah kami ciptakan.

                                                                                                         

JADWAL KEGIATAN

No.

Kegiatan

Bulan I

Bulan II

Bulan III

Bulan IV

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1.

Survei lokasi usaha.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Pembelian bahan baku dan alat-alat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Persiapan produksi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.

Ujicoba produk.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Produksi produk skala kecil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6.

Evaluasi produk.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7.

Promosi produk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8.

Produksi produk skala besar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9.

Pemasaran produk.

 

 

 

 

 

 

 

10.

Pembukuan penjualan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11.

Laporan akhir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

RINCIAN PEMBIAYAAN

No.

Nama Barang

Jumlah

Harga

Jumlah Harga

1.

Jengkol

20 kg

80.000

Rp 1.600.000

2.

Minyak goreng

20 liter

25.000

Rp 500.000

3.

Tepung terigu

30 kg

15.000

Rp 450.000

4.

Bumbu

 

 

Rp 1.250.000

5.

Alat masak

 

 

Rp 1.100.000

6.

Sewa tempat

 

 

Rp 3.000.000

7.

Peralatan makan

 

 

Rp 750.000

8.

Alat pembukuan

 

 

Rp 150.000

9.

Pembungkus produk

 

 

Rp 500.000

10.

Pembuatan pamflet dan media promosi

 

 

Rp 750.000

Total

Rp 10.500.000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

  1. Daftar Riwayat Hidup Pembimbing

Nama Lengkap                     : Tri Rina Budiwati, S.S, M.Hum

NIP                                      : 60020401

Tempat/Tanggal Lahir          : Karanganyar, 7 Januari 1973

Alamat Rumah                     : Basen Rt 13/ Rw IV Purbayan, Kota Gede, Yogyakarta

Telp. (0274) 7435129

Alamat Kantor                     : Fakultas Sastra Universitas Ahmad Dahlan

Kampus II Jl. Pramuka 42, Sidikan

Yogyakarta

Bidang yang diminati          : Sosiolinguistik dan Analisis Wacana Kritis

Karya Ilmiah (terpilih)         :

  1. A Quest for Self-Identity in Wolfe’s Look Homeward, Angel (Skripsi S1 Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada).
  2. Anggota Tim Peneliti di UMS, Kemultiaksaraan Masyarakat Islam Etnis Jawa di Wonogiri (1999).
  3. Gender-Biased Terms in Indonesian: A Sosiolinguistic Study (dimuat dalam Journal of Humanity Studies tahun 2001, Language Center: Muhammadiyah University of Surakarta).
  4. Gender Discourse in Indonesian and Arabic Languages (Makalah dalam Gender Discussion dengan Christine Gudorf, visiting professor Graduate Program on Comparative Religious Study, Gadjah Mada University, May 13, 2002 dan dimuat di Jurnal Litraya, Vol. 2, No. 2, April 2004, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta).

Dosen Pembimbing

 

.

Tri Rina Budiwati, S.S, M.Hum

NIP. 60020401

 

  1. Daftar Riwayat Penulis I

Nama Lengkap                     : Eka Mardiana

Alamat                                 : Jl. Pandeyan No. 10B, Yogyakarta

Tempat/Tanggal Lahir          : Pekanbaru, 26 Maret 1992

Pendidikan                           : S1-Sastra Inggris

Fakultas                                : Sastra

Program Studi/Semester      : Sastra Inggris/V

NIM                                     : 10026027

Karya Ilmiah                        : –

 

Penulis I

 

 

Eka Mardiana

 NIM. 10026027

Deskripsi Diri

Gambar

Nama : Eka Mardiana

Tempat / Tanggal Lahir : Pekanbaru, 26 Maret 1992

Alamat : Jalan Sukoharjo No. 68 Pekanbaru, Riau

Status : Mahasiswi

Dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Mujiarti Ningsih, tepat 21 tahun yang lalu saya dilahirkan ke bumi Allah tercinta. Dengan seorang ayah yang bernama Amin Qodaruzzaman. Pasangan berbahagia ini menyambut saya dengan tangan terbuka. Di tengah kehangatan keluarga, saya dibesarkan dengan penuh kasih sayang mereka. Didikan yang cukup keras saya terima dari almarhum seorang kakek yang bernama Bedjan. Dua tahun setelah kelahiran saya, bunda tercinta melahirkan seorang bayi laki-laki yang kini menjadi adik tersayang saya, Dimas Dwi Prasetya. Dengan karakter yang sama-sama keras, kami menghabiskan masa kanak-kanak dengan berbagai pertengkaran-pertengkaran kecil. Sejak umur saya 1 hari hingga usia beranjak 9 tahun, saya dan bunda serta adik lelaki saya tinggal bersama kakek dan nenek di kota Pekanbaru.

Kesederhanaan hidup yang saya lalui dari masa kecil dengan pengasuhan kakek, menempa saya menjadi pribadi yang kuat dan sederhana hingga sekarang. Nenek yang harus berjualan menu sarapan pagi dan jajanan pasar yang dititipkan di berbagai sekolah, mengetuk pintu hati saya untuk menolong setiap harinya. Keluarga kakek dan nenek memang penuh dengan kehangatan. Kami menjalani kehidupan dengan seadanya. Tetapi, itulah yang mengajarkan kami bahwa hidup memang tidak semudah apa yang terlihat di permukaannya saja. Setiap hari, kami semua dibangunkan oleh suara kokok ayam di sepagi buta. Kakek yang memilih pensiun muda dari pekerjaannya yang seorang polisi mengharuskan nenek harus pintar-pintar mengatur keuangan untuk tetap bisa menyekolahkan kelima anaknya, kecuali ibu saya memang. Karena beliau menikah setelah tamat dari SMA. Kami semua terdidik dari sifat keras tapi tegas seorang kakek. Kami menikmati cerita-cerita masa lalunya yang penuh perjuangan. Mempelajari semua kepintarannya. Alhamdulillah, saya diturunkan keahlian Beliau dalam berbicara, artinya saya memang terdidik untuk mampu berbicara di depan umum.

Hidup terpisah dengan ayah tidak menyurutkan hati kecil saya. Saya dan adik tetap bisa menikmati masa kanak-kanak tanpa perhatian dari ayah yang memang bekerja di luar kota. Tetapi, kami mendapatkan kasih sayang yang berlimpah memang dari seorang kakek yang begitu ramah. Saya memasuki taman kanak-kanak saat umur saya menginjak 5 tahun. Dengan berbekal dari keinginan keras seorang kakek yang ingin melihat semua keturunannya cerdas dan merasakan kenikmatan dari cawan ilmu pengetahuan. Setiap pagi hari dengan setianya, kakek saya mengantar saya ke sekolah dengan vespa tuanya. Dengan bekal dari jajanan yang dibuat oleh nenek dan bunda untuk dijual, saya menuntut ilmu di taman kanak-kanak. Saat itu, saya masuk ke TK Kartika 1-5. Saya sempat mengikuti lomba menggambar tingkat TK dan meraih juara 1 sekota Pekanbaru. Inilah titik balik saya menjadi orang kanak-kanak. Saat itu, wali kelas saya menganjurkan bunda saya untuk memasukkan saya ke SD terbaik di kota saya. Hal ini membuat ibu saya sempat bingung, karena memang kekurangan biaya. Sempat terpikir untuk memasukkan saya ke SD Negeri, tapi kakek tetap berkeras untuk memberikan yang terbaik untuk saya. Akhirnya, setelah mengikuti tes-tes masuk ke SD Kartika 1-9 tersebut, Alhamdulillah saya keterima di kelas terbaik di sekolah tersebut. Sampai kelas 3 SD, saya menjadi juara kelas. Walaupun terkadang harus bersaing dengan teman-teman terbaik saya. Paling tidak saya selalu masuk 3 besar pada waktu itu.

Naik ke kelas 4 SD, ayah yang dipindah tugaskan ke Pematang Reba, mengajak saya dan bunda serta adik saya untuk tinggal bersama. Disini saya masuk ke SD Negeri 026 Rengat Barat. Alhamdulillah, prestasi saya tetap cemerlang. Dengan selalu menjadi juara kelas, saya meluluskan SD dengan nilai terbaik sekabupaten. Hal ini tentu saja membuat kedua orang tua serta kakek nenek saya bangga. Di daerah ini, sebenarnya masih bisa dibilang kota mati hingga sekarang, karena tidak ada pembangunan yang berarti bagi masyarakatnya.

Saya memutuskan untuk kembali ke kota Pekanbaru melanjutkan pendidikan SMP. Karena nenek dan kakek meminta saya untuk menemani mereka. Dengan izin kedua orangtua, saya masuk ke SMP Negeri 5 Pekanbaru. Bisa dikatakan ini adalah sekolah favorit di kota saya. Tidak ada prestasi yang mencolok memang saat saya berada di SMP. Bahkan, saya sempat kesulitan mengikuti beberapa mata pelajaran. Dengan nilai yang tidak begitu membanggakan, saya tetap bisa bersekolah disini. Saya menamatkan SMP saya pada tahun 2007 dengan nilai yang memuaskan.

Adanya kebijakan dari sekolah negeri untuk mengadakan tes masuk sebagai formalitas, saya tidak mampu masuk ke sekolah negeri idaman saya. Saat itulah saya mulai putus asa dengan kemampuan saya. Alhamdulillahnya, bunda saya tetap menyemangati saya untuk bisa bangkit kembali. Saya memutuskan masuk salah satu sekolah swasta yang cukup terkenal di kota saya, yaitu SMA Handayani Pekanbaru. Disini, Alhamdulillah saya mengukir prestasi.

Beberapa kali saya diutus untuk mewakili sekolah dalam berbagai lomba tingkat provinsi. Walaupun tidak begitu penghargaan yang kami raih. Pernah suatu kali, saya dan kedua teman saya diutus sebagai kelompok yang akan mewakili sekolah dalam olimpiadi kimia tingkat provinsi. Saat itu, kami lolos sampai ke semifinal, tetapi saat akan mengikuti tahapan selanjutnya, kami harus didiskualifikasi karena keterlambatan yang memang bukan berasal dari kesalahan kami. Pihak panitia sempat meminta maaf karena kesalahan pemberitahuan yang mereka lakukan. 3 tahun saya berada di sekolah ini. Pada saat tahun kedua, saya terpilih menjadi ketua MPK. Dengan berkerjasama dengan OSIS untuk memajukan sekolah. Alhamdulillah, nilai saya selama 3 tahun itu memuaskan. Beberapa kali meraih juara umum, membuat kakek saya menangis terharu. Beliau pahlawan saya yang memang saya hormati sampai sekarang.

Titik nadir saya tiba saat kakek tercinta meninggal di usia 70 tahun. Saya yang memang begitu dekat dengan Beliau sempat frustasi dengan kepergian Beliau. Apalagi beberapa keinginan Beliau yang belum sempat saya penuhi. Keinginan Beliau untuk melihat saya menjadi seorang dokter yang memang tidak bakal terpenuhi hingga nanti. Tapi, saya tetap mencintai ilmu kesehatan. Dengan membaca, saya harap kecintaan saya tidak akan memudar.

Tepat di pertengahan tahun 2010 saya menamatkan sekolah saya. Sempat bingung karena beberapa kali tes masuk perguruan tinggi yang gagal, saya mencoba mengikuti ujian mandiri di Universitas Andalas. Hasilnya, saya lolos di Fakultas Sastra Inggris. Tetapi, karena beberapa alasan, bunda saya melarang saya mengambil kesempatan itu. Akhirnya, saya mencari lagi kampus yang memang masih membuka pendaftaran. Sempat juga mendapat pemberitahuan bahwa keterima di STT Telkom Purwokerto, tetapi memang bukan niatnya disana, saya membatalkannya.

Dan akhirnya, saya mendapat masukan dari salah satu saudara saya untuk melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Dia yang juga alumni dari Universitas Ahmad Dahlan menawarkan untuk masuk ke kampus ini. Alhamdulillah, melalui jalur PMDK, saya keterima di Fakultas Sastra, Budaya, dan Ilmu Komunikasi. Disini saya menuntut ilmu kembali sebagai seorang mahasiswa yang mengenal dunia perkampusan. Mengenal berbagai macam teman dari berbagai daerah yang berbeda. Menambah dunia pergaulan saya yang tidak hanya sebatas dunia kampus saja. Dari sini saya mulai mengikuti berbagai acara diluar kampus.

Saya juga sempat mengajukan proposal program kreativitas mahasiswa pada tahun lalu, dan Alhamdulillah, proposal saya disetujui oleh Dikti untuk didanai. Anda bisa membaca proposal saya di . Dengan berbekal dari pengetahuan saya mengenai Riau, kami memutuskan untuk melakukan penelitian di bidang linguistik tersebut. Dan sekarang, penelitian tersebut sedang berlangsung. Semoga saja, penelitian kami kali ini bisa berlanjut hingga ke Pimnas. Amin.

Sebelumnya, saya sempat bergabung di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sastra. Tetapi, karena beberapa alasan saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari lembaga tersebut. Sempat menyesal memang karena meninggalkan rutinitas sebagai seorang anggota BEM, tetapi keinginan untuk memperbaiki beberapa permasalahan dengan mata kuliah mengharuskan saya memilih pada saat itu.

Beberapa waktu yang lalu, saya memulai usaha saya di bidang online shop. Saya menjual berbagai macam pakaian wanita dan couple bahkan jersey dari berbagai klub bola kesaayangan kita. Alhamdulillah, saya mendapatkan keuntungan yang membuat saya bangga karena mampu mencari uang sendiri walaupun hasilnya memang tidak seberapa. Sekarang saya masih menjalaninya, tetapi hanya sebagai penerus dari tante. Dalam artian, tante yang memiliki modal dan saya yang mempromosikan kepada pelanggan. Dari beliaulah saya mendapatkan uang sebagai bayaran dari usaha saya.

Saat saya pulang, biasanya saya juga membantu Bunda dan tante menjalankan usaha mereka dalam bidang makanan kecil dan pakaian. Lebaran tahun lalu, saya membantu Bunda menjual bahan dagangannya. Alhamdulillah, hasilnya bisa untuk membeli tiket balik ke kota Yogyakarta. Dan hasil dari tante bisa saya jadikan tabungan saya. Sampai sekarang saya masih mengikuti ajaran almarhum kakek saya untuk selalu berusaha keras apapun yang menghadang kita di depan. Sifat keras inilah yang diwariskan Beliau kepada saya. Saya bisa dikatakan orang yang sangat keras kepala dalam berbagai hal, tetapi tetap menerima saran dan kritik dari semua orang. Saya juga mencontoh sifat sederhana dari almarhum kakek saya.

Ide Kewirausahaan

Ide usaha : “Kafe butik dalam satu kawasan”

Jenis kewirausahaan : Bisnis

Alasan memilih kewirausahaan ini:

  1. Berhubung saya memiliki kebiasaan mencicipi makanan ringan olahan keluarga, jadi saya berpikiran untuk memasarkan produk olahan rumahan dengan ide rahasia keluarga tapi berkualitas tinggi. Artinya, saya ingin menciptakan ide baru atau inovasi baru dari resep yang telah ada di pasaran. Dengan menggunakan beberapa ide kreatif dari anggota keluarga. Saya meniru beberapa kebiasaan keluarga saya yang memang menawarkan beberapa produk ciptaan keluarga ke kalangan teman-teman. Contohnya, sewaktu lebaran Idul Fitri, keluarga saya terutama tante biasanya menerima orderan pembuatan beberapa kue bolu ataupun kue kering dengan resep dari tangan kami sendiri.
  2. Kenapa saya memilih butik? Jawabannya simpel, karena dari awal semester dulu saya memang telah memulai usaha kecil-kecilan sebagai online shop di kalangan teman-teman. Sampai sekarang saya masih menggeluti usaha tersebut tetapi masih stuck belum ada kemajuan yang sangat berarti. Mungkin karena memang sayanya yang belum secara serius menggeluti usaha tersebut. Sekarang yang saya rintis adalah khusus untuk pakaian wanita dan muslimah. Dan kesukaan saya akan dunia fashion membawa saya kepada konsep ini.

Untuk kedepannya, saya ingin ide usaha ini bisa saya kembangkan. Meniru dari seorang Ahmad Fuadi yang sebelumnya telah menjadi tokoh inspiratif bagi saya, saya ingin hasil dari Kafe Butik ini nantinya bisa saya gunakan untuk membangun sebuah rumah baca ataupun rumah singgah. Ini yang menjadi keinginan saya.

Konsep dari Kafe Butik saya mengusung Garden Kafe untuk kafenya. Disini saya memilih garden kafe karena saya pikir tema modern ataupun sejenisnya sudah terlalu menjamur. Dan selalu memberikan kesan yang sama. Artinya masih ada peluang kafe bertema ruang terbuka untuk mampu bersaing sebagai tempat yang nyaman bagi para pengunjungnya. Kesan yang selama ini diberikan oleh kafe bernuansa vintage ataupun modern memberikan penilaian pertama bagi pengunjung hanya sebagai tempat nongkrong bagi kaum jetset. Tapi, di kafe ini berbeda. Saya ingin memberikan konsep taman dengan kesan homey. Sehingga setiap pengunjung merasa seperti di rumah sendiri. 

Beberapa pastry yang nantinya akan saya hadirkan bagi kafe saya adalah:

  1. Rainbow cake yang menggunakan inovasi sendiri. Saya ingin membuat rainbow cake sebagai kudapan yang terjangkau bagi semua kalangan. Artinya, setiap bahan yang dipakai tidak harus diimpor dari luar negeri. Tetapi, bisa menggunakan produk lokal. Krimnya bisa dengan menggunakan susu murni yang diolah dengan campuran beberapa bahan kue.
  2. Red Velvet cake. Kue dengan tekstur lembut dan krim susu di bagian tengah dan memiliki warna yang khas, yaitu merah. Kudapan ini lebih disukai oleh penikmat ataupun pecinta makanan manis. Karena memberikan kesan lembut dalam setiap gigitannya.
  3. Pie buah. Saya ingin mencontoh pie yang biasanya dibuat oleh bude saya. Beliau sering membuatkan orderan untuk para pelanggannya dengan topping buah segar bukan buah kaleng yang biasanya sering dibuat oleh toko pastry ternama. Biasanya yang menjadi topping pie Beliau adalah buah nanas, bengkuang, pepaya dan anggur. Dengan menggunakan agar-agar original sebagai perekat buah topping pienya.
  4. Cupcake pulut hitam. Kenapa saya memilih ini? Karena kebanyakan bahan dasar dari pembuatan cupcake adalah tepung terigu, tetapi belum ada yang menjual cupcake berbahan dasar tepung pulut hitam. Beberapa waktu yang lalu, tante saya bereksperimen dengan pembuatan cupcake ini. Hasilnya Alhamdulillah memuaskan. Saya membantu Beliau membuat orderan untuk para temannya. Saya ingat waktu itu saya masih semester 1 dan pulang ke rumah untuk merayakan Idul Adha. Saya yang turun sendiri ke dapur untuk pembuatannya. Dan saya sempat membawanya untuk oleh-oleh teman kosan, hasilnya memang memuaskan. Jadi, tidak ada salahnya kalo resep ini saya gunakan di kafe saya.
  5. Ombre cake. Menampilkan gradasi warna dari sebuah cake. Biasanya diawali dengan warna terang yang semakin lama semakin memudar. Hampir sama dengan rainbow cake, cake ini memiliki tekstur lembut dan manis saat dimakan. Dengan lapisan krim susu di setiap lapisannya.
  6. Stick Royco. Kedengarannya biasa yah? Tapi, ini salah satu sumber penghasilan keluarga saya ketika Lebaran Idul Fitri datang. Eits, jangan kira hasilnya sedikit lho. Karena kadang dalam seminggu kami harus membuat sekitar 20 kg stick royco pesanan pelanggan. Dan hasilnya lumayan sebagai kue kering yang biasanya ada di saat lebaran. Saya memilih ini dimasukkan ke dalam menu kafe karena saya pikir bakal banyak orang yang jatuh hati dengan stick royco ala Bunda saya. Beliau selalu mengirimkan saya makanan ini setiap bulan. Dan saya jatuh hati dengan makanan ini sampai sekarang hingga menjadi menu favorit keluarga.
  7. Martabak mie. Ini sebenarnya kudapan sore hari di rumah tapi menu ini termasuk dalam salah satu menu andalan dari Bu Mis. Dia tante saya yang membuka usaha kantin dan katering. Dari dia saya belajar beberapa resep kue kecil dan bolu. Saya rasa kudapan ini pas untuk menjadi salah satu menu karena rasanya yang Indonesia banget dan memang bikin ketagihan.
  8. Bolu tomat + wortel. Sebenarnya ini resep Tante dan Bude saya. Mereka hobi sekali berkreasi dengan yang namanya bolu dan pastry. Bahkan sampai sekarang saya tetap menikmati bolu seperti ini setiap pulang. Cita rasanya yang kaya akan sayuran tetapi tidak bikin eneg juga teksturnya yang lembut membuat setiap orang bakal berpikiran untuk makan lagi dan lagi. Kenapa saya bilang begitu? Karena memang rasa manis yang didapat tidak seperti bolu lain yang memang 100% dari gula pasir, tetapi biasanya keluarga saya menggantikan dengan campuran madu dan gula pasir yang sedikit.

Untuk butiknya, saya mengambil tema Modern Hijab and Korean Style. Artinya, butik saya menyediakan busana bagi para muslimah yang tetap ingin tampil modis dengan hijab mereka. Tapi jangan takut bagi Anda yang tidak mengenakan hijab. Karena butik saya juga menyediakan pakaian yang memang diimport langsung dari Korea. Hal ini dikarenakan pakaian yang bertema Korean memang memiliki keunikan tersendiri. Selalu inovatif dan kaya warna menurut saya. Tidak jauh berbeda dengan kesukaan kaum hawa dari Indonesia.

Modern Hijab dari butik saya menyediakan busana bagi muslimah yang sangat modis tetapi tidak menyalahi aturan agama. Artinya pakaian tetap syar’i tetapi terlihat stylish. Anda bisa dengan mudah memadupadankan pakaian Anda. Bisa berkreasi sendiri dengan gaya apa yang Anda inginkan.

Dan pada akhirnya, keuntungan saya dari kafe butik ini ingin saya donasikan untuk pembangunan rumah baca maupun rumah singgah. Kenapa begitu? Karena saya dari dulu suka membaca dan sayang sekali kalau buku ataupun ilmu yang saya dapat tidak saya bagikan lagi. Kalo konsep rumah singgah, saya terisnpirasi dari beberapa rumah singgah yang ada. Menurut saya, banyaknya anak jalanan mengetuk pintu hati kita untuk mau memberikan sedikit perhatian kepada mereka. Melalui rumah singgah dan rumah baca tersebut, saya bisa sedikit berbagi dan belajar mencintai sesama secara lebih manusiawi.

Contoh Proposal PKM

A.      JUDUL PROGRAM

Fenomena Penggunaan Dialek Melayu pada Kalangan Mahasiswa Asal Riau di Yogyakarta.

 

B.       LATAR BELAKANG

Bahasa sebagai salah satu dari ketujuh unsur semestaan kebudayaan (culture universals), adalah juga merupakan satu-satunya wahana kebudayaan itu sendiri; sehingga layak mendapatkan perhatian yang memadai dalam penelitian demi mempermudah pemahaman terhadap berbagai aspek semestaan kebudayaan yang diwahanainya itu (Sudaryanto , 1993: xii). Dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi bahasa yang menjadikannya sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat dunia, mengarahkan setiap orang untuk mempergunakan bahasa itu sendiri untuk berhubungan satu dengan yang lainnya. Indonesia yang memiliki beragam suku dengan bahasa dan kebudayaannya masing-masing semakin memperkaya keberagamaan itu sendiri. Tetapi sayangnya, semakin memasuki era modern semakin banyak pula bahasa dan kebudayaan yang hilang dari peradaban. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya kesadaran akan rasa memiliki kebudayaan itu sendiri. Apabila hal tersebut dibiarkan terus menerus, maka tidak diragukan lagi kebudayaan Indonesia akan menghilang seiring dengan perkembangan zaman.

Sebagai penerus bangsa yang memiliki tanggungjawab akan keberlangsungan suatu kebudayaan daerah sendiri, kami memutuskan untuk meneliti semua dialek dari bahasa melayu provinsi Riau yang diucapkan oleh mahasiswa asal Riau di Yogyakarta. Warisan seni dan budaya Melayu terus terjaga sampai saat ini. Bahasa melayu sebagai bahasa pemersatu dikenal setelah diadakannya Kongres Pemuda pada tahun 1928. Sejak saat itu, bahasa melayu menjadi bahasa nasional yang digunakan dalam kehidupan berbangsa. Sebagai acuan, bahasa melayu Riau berkembang mengikuti zaman yang ada. Tetapi, ada beberapa hal yang membedakan dialek melayu setiap kabupaten di Riau. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari geografis daerah itu sendiri. Provinsi Riau yang terletak di antara provinsi Sumatera Barat dan Jambi turut terkena imbas pengaruh tata bahasa yang ada. Contohnya saja dialek beberapa daerah pesisir yang masih kental akan melayu kerajaan. Daerah Siak yang merupakan pusat kerajaan Melayu terbesar pada masanya, menjadi titik pusat peradaban bahasa melayu itu sendiri. Kata “apa” dalam bahasa Indonesia, akan diucapkan “ape” dalam bahasa melayu sendiri. Namun, dialek melayu ini sendiri semakin bercampur dengan bahasa Minang maupun Ocu yang mengubah tatanan bahasa melayu sendiri.

Penggunaan dialek melayu yang masih sangat kental di kalangan mahasiswa asal Riau di Yogyakarta menjadikan hal tersebut tanda pengenal mereka. Meskipun mereka telah lebih dari 1 tahun menetap di Yogyakarta, tetapi mereka tetap mempertahankan bahasa melayu mereka. Hal tersebut dikarenakan lingkungan pergaulan mereka yang masih kebanyakan berasal dari satu daerah juga. Kayanya khazanah melayu juga menjadikan fenomena tersendiri akan eksistensi bahasa melayu pada kalangan mahasiswa sendiri. Rasa bangga mereka akan bahasa ibu dan kebudayaan daerah mereka. Buku ajar yang dipakai dalam proses pembelajaran mahasiswa saat masih berada di masa sekolah pun menjadi penambah khazanah pengetahuan dan kecintaaan mereka akan kebudayaan Melayu. Kurikulum tersebut yang masih dipergunakan hingga sekarang menjadi dasar kami membandingkan dialek Melayu tersebut. Beberapa majalah berbahasa melayu yang mulai digiatkan pun menjadi acuan kami menyusun proposal ini. Majalah yang mengusung tema kartun untuk memperkenalkan kembali kebudayaan Melayu kepada masyarakat Riau yang telah membaur dengan berbagai suku pendatang. Ada beberapa contoh penggunaan bahasa Melayu dengan berbagai dialek berbeda pada kalangan mahasiswa, yaitu:

  1. Kalimat sapaan

Bahasa Indonesia          : Mau kemana dik?

Bahasa Melayu             : Nak kemane kau? (dengan pengucapan e lemah)

Dialek Melayu pesisir   : Mike nak kemane? (dengan pengucapan e lemah)

  1. Percakapan sehari-hari

Bahasa Indonesia          : Bagaimana sekolah kamu hari ini?

Bahasa Melayu             : Cam mane sekolah kau hari ni? (dengan pengucapan e lemah)

Dialek Melayu pesisir   : Gimane sekolah mike hari ni? (dengan pengucapan e lemah)

 

C.      PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana tatanan bahasa Melayu yang digunakan masyarakat Melayu, provinsi Riau sekarang?
  2. Apa saja dialek Melayu yang digunakan oleh masyarakat Melayu di setiap kabupaten provinsi Riau?
  3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi perubahan tatanan bahasa Melayu di kalangan mahasiswa asal Riau di Yogyakarta?
  4. Kenapa masih ada mahasiswa yang mempertahankan dialek Melayu meskipun menempuh pendidikan di kota Yogyakarta?

 

D.      TUJUAN PROGRAM

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah kami simpulkan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

  1. Mendeskripsikan tataran bahasa Melayu, Riau yang sudah dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat provinsi Riau sekarang.
  2. Mengetahui semua dialek Melayu yang terdapat di provinsi Riau dan pengguna dari dialek tersebut.
  3. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tatanan bahasa Melayu di kalangan mahasiswa Riau di Yogyakarta.
  4. Untuk mengetahui cara yang bisa ditempuh untuk menumbuhkan kembali kecintaan mahasiswa asal Riau terhadap bahasa asli mereka, yaitu bahasa Melayu.

 

E.       LUARAN YANG DIHARAPKAN

Adapun luaran yang kami harapkan dalam penelitian ini adalah membuat blog maupun jurnal yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperkenalkan bahasa Melayu dengan berbagai dialeknya kepada masyarakat luas, Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Melalui dunia maya tersebut, para pecinta dunia maya bisa mengakses tulisan kami mengenai dialek Melayu dan mempelajarinya untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan mereka kelak. Tulisan yang akan kami buat berbentuk artikel yang dilengkapi dengan berbagai ilustrasi menarik. Hal ini dimaksudkan untuk menarik minat pembaca dalam mempelajari dan memahami bahasa Melayu itu sendiri. Artikel tersebut juga bisa menumbuhkan kembali kecintaan mahasiswa Riau dengan bahasa asli mereka.

 

F.       KEGUNAAN PROGRAM

  1. Memperkenalkan secara mendalam bahasa Melayu sebagai warisan kebudayaan yang hidup dan berkembang mengikuti perkembangan zaman.
  2. Mempertahankan kebudayaan yang telah ada dan menjaganya sebagai warisan kebudayaan asli Indonesia.
  3. Berkontribusi dalam ilmu pengetahuan sebagai khasanah ilmu bahasa (sosiolinguistik) dan bahan ajar bagi peserta didik.
  4. Meningkatkan rasa kecintaan mahasiswa Riau khususnya terhadap bahasa daerah mereka yang semestinya dilestarikan dan dipertahankan.

 

G.      TINJAUAN PUSTAKA

a.    Bahasa Melayu

Menurut Parsudi Suparlan (1995), bahasa Melayu yang sekarang digunakan sebagai bahasa sehari-hari dan juga sebagai bahasa Ibu oleh orang Riau pada umumnya, telah berkembang sejak berabad-abad di Riau (dan juga di Sumatera Timur, Semenanjung Malaka, dan juga di Kalimantan Barat dan Jakarta). Bahasa Melayu Riau yang kita kenal sekarang merupakan akulturasi bahasa dari pedagang Arab dan Persia yang datang ke Indonesia pada masa kolonial dahulu. Ahli sejarah bahasa Melayu mencatat bahwa bahasa Melayu telah melewati lima fase hingga saat ini. Fase awal diwakili oleh bahasa Melayu Purba, yang kemudian diikuti oleh fase Melayu Kuno atau Melayu Induk. Pada fase selanjutnya bahasa Melayu menginjak fase klasik, sebuah fase yang penuh dengan nilai sastra tinggi. Fase Melayu Klasik diikuti dan digantikan oleh fase Melayu Modern. Sedangkan fase terakhir adalah fase Melayu Pascakolonial. Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

Pada zaman dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi digunakan, yaitu:

  1. Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama menjadi bahasa antar suku di Nusantara.
  2. Bahasa Melayu Riau modern sudah diperkenalkan dan dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan kawannya, sehingga bahasa ini sudah menjadi standar.
  3. Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku sejarah dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.

 

b.  Dialek Melayu Riau

Menurut Harimurti (1981) via Indra Lubis, bahasa Melayu dialek Riau adalah dialek standar di antara sekian banyak dialek regional Melayu yang ada. Semakin berkembangnya zaman dan adanya pengaruh dari letak geografis Riau mengakibatkan bahasa Melayu Riau memiliki beragam dialek yang berbeda di setiap kabupatennya. Sebagai gambaran awal, dialek Melayu daerah Kampar lebih terpengaruhi oleh bahasa ocu yang tak berbeda jauh dengan bahasa Minang. Untuk daerah pesisir seperti kabupaten Siak, Meranti, Bengkalis, Pelalawan, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir didominasi oleh bahasa Melayu yang memang telah digunakan sejak zaman kerajaan Melayu dahulu. Hal ini menciptakan kebudayaan Melayu yang sangat kental. Contoh kata yang berbeda pada dialek Melayu, seperti “apa” dalam bahasa Indonesia menjadi “apo” dalam bahasa ocu, sedangkan bagi masyarakat Riau pesisir menjadi “ape” dengan vokal /e/ lemah. Perbedaan yang lain dalam setiap dialek ini adalah kata “saya” menjadi “aku” dalam bahasa ocu, sedangkan orang Melayu pesisir menggunakan “saye”. Adanya beberapa imbuhan yang diucapkan dalam setiap akhir kalimat menjadi ciri khas tersendiri bagi dialek Melayu Pekanbaru. Kebanyakan kalangan mahasiswa Melayu Pekanbaru sering menggunakan kata “do” ataupun “ha” sebagai penutup perkataan mereka.

 

c.    Tulisan Arab Melayu

Bahasa Melayu Riau yang memiliki ciri khas sendiri dalam bentuk tertulis dengan adanya aksara tersendiri. Tulisan arab melayu ini dipengaruhi oleh tulisan arab tanpa tanda baca atau yang lebih dikenal dengan istilah arab gundul. Tetapi, yang membedakannya adalah dalam tulisan arab melayu, Riau memiliki “ng” sedangkan bahasa Arab tidak. Kita bisa melihat tulisan-tulisan Arab Melayu yang tertera dalam setiap nama bangunan ataupun jalan yang ada di provinsi Riau.

 

Judul Proposal yang Lulus Didanai DIKTI 2013

Alhamdulillah 13 proposal PKM  berhasil meraih pendanaan Tahun 2013 dari DP2M DIKTI KEMDIKBUD.

Atas prestasi tersebut kami sampaikan Selamat dan Sukses. Mudah-mudahan sukses pada tahap-tahap berikutnya, dan berhasil meraih Juara pada Ajang PIMNAS 2013. Amin ya rabbal ‘alamin.

Berikut Daftar PKM Mahasiswa UAD yang lolos Seleksi :

No. Pengusul Prodi Skim PKM Bidang: Judul
1 Rakryan Danurdara Psikologi PKM-K Sosial Ekonomi Mau Makan Apa Hari Ini “Courier Kuliner” Jasa Paket Wisata Kuliner dan Oleh-Oleh 24 Jam di Yogyakarta
2 Erlita Nur Arifana Farmasi PKM-K Sosial Ekonomi “MIE D’CASSAVA” PEMANFAATAN UBI KAYU DAN LIMBAH KULIT UBI KAYU SEBAGAI BAHAN MIE YANG KAYA NUTRISI
3 Tri Astuti PGSD PKM-K Sosial Ekonomi BAKSONG SAOS TEMPE
4 Amiruddin Psikologi PKM-K Sosial Ekonomi Perpustakaan Angkringan Sebagai Metode Meningkatkan Loyalitas Pelangan
5 Iman Rusmawansyah Psikologi PKM-K Sosial Ekonomi Mendaur Ulang Helm Bekas dan Potongan Kain Batik, Serta Menciptakan Helm Pendingin Kepala dengan Menggunakan Kapas Jeli
6 Andrias Indra Gautgama PGSD PKM-KC Pendidikan “ HOLIDAY ATJOGJA“ KOMIK REALITAS BERBASIS PEMBELAJARAN TERPADU SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR
7 Eko Sutrisno P. Biologi PKM-M Pertanian Pendayagunaan Sepeda Onthel Pencacah Rumput Untuk Pembutan Silase Sebagai Antisipasi Kesulitan Pakan Sapi Pada Musim Kemarau Di Dusun Gangsalan, Gunung Kidul
8 Susi Susanti Psikologi PKM-M Pendidikan PENGEMBANGAN “RUMAH BACA PLUS PLUS” DI LOKASI PASCA BENCANA GUNUNG MERAPI (Solusi Bagi Masyarakat Dalam Pendidikan Alternatif Dusun Kajor, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali)
9 Khusna A’maalina Farmasi PKM-P Pendidikan PENURUNAN AKTIVITAS BAKTERI Streptococcus mutans PADA RENDAMAN GIGI TIRUAN OLEH LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)
10 Septia Putri Ananti Farmasi PKM-P Kesehatan EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb) TERHADAP FUNGSI KOGNITIF BELAJAR DAN MENGINGAT SERTA GAMBARAN HISTOPATOLOGIK HIPPOCAMPUS TIKUS WISTAR YANG DIPAPAR Trimethyltin Chloride
11 Najmie Arief Farmasi PKM-P Kesehatan Minimalisasi Efek Ulserogenik Asam Mefenamat Melalui Pembentukan Dispersi Padat
12 Eka Mardiana Sastra Inggris PKM-P Humaniora FENOMENA PENGGUNAAN DIALEK MELAYU PADA KALANGAN MAHASISWA ASAL RIAU DI YOGYAKARTA
13 Bagus Wisnu Harimurti Teknik Kimia PKM-P Kesehatan PEMANFAATAN BIJI KEFIR (JAPANESE CRYSTAL ALGAE) SEBAGAI PENURUN OBESITAS

Hasil Selengkapnya dapat dilihat di :

Klik untuk mengakses Daftar_Pemenang_PKM__2012-Copy1.pdf

Untuk mekanisme pendanaan akan diinfokan kepada mahasiswa yang bersangkutan melalui sms dan web kemahasiswaan, jika dana sudah dikirim dari DIKTI.

TTD : BIMAWA UAD

Success Story : Ahmad Fuadi

Gambar

Ahmad Fuadi. Yah, siapa yang tidak mengenal seorang Ahmad Fuadi? Belakangan sosok ini menjadi kian terkenal karena kemampuan Beliau merangkai kata berdasarkan pengalaman pribadinya. Terlahir sebagai seorang anak lelaki tertua yang menjadi tauladan bagi adik-adiknya. Lahir di Bayur, Maninjau, Sumatera Barat pada 40 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 30 Desember 1972. Tidak banyak memang yang istimewa dari perjalanan masa kecil seorang Ahmad Fuadi.

Pendidikan masa kecilnya yang lebih menguatkan kepada pendidikan agama membawanya kepada pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Modern Gontor. Awalnya, hal ini merupakan keinginan sang ibu yang ingin melihat anak lelakinya menjadi seorang yang agamis layaknya Buya Hamka. Sempat memang adanya penolakan dari Ahmad Fuadi sendiri, tetapi Beliau memiliki keinginan kuat untuk menyenangkan sang ibu. Berbekal dari informasi sang paman yang minim, ia dan sang ayah memutuskan berangkat ke Ponorogo untuk mengikuti tes masuk. Alhamdulillah, kegigihannya membuahkan hasil. Dia diterima di Pondok Modern tersebut.

Menjalani hari-harinya sebagai seorang santri, Ahmad Fuadi mendapatkan sahabat yang menjadi pelipur lara dan tempatnya berbagi rasa. Mereka yang dikenal sebagai Sahibul Menara. Yah, julukan yang berarti pemilik menara. Mereka selalu kompak dalam hal apapun. Solidaritas yang tinggi menguatkan jalinan persahabatan mereka. Hingga salah satu dari mereka harus pulang dan tidak melanjutkan pendidikannya. Hal ini menjadi pukulan berat bagi seorang Ahmad Fuadi. Melepaskan seorang sahabat tercinta demi mengurus sang nenek.

Setelah menamatkan pendidikan di Pondok Modern Gontor, Ahmad Fuadi mencoba mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Dengan usaha yang keras, akhirnya dia lolos masuk di Universitas Padjajaran. Masa kuliahnya dia hadapi dengan perjuangan keras. Menjalani kuliah dan bekerja cukup menyita waktu Ahmad Fuadi. Dia juga memilih menjadi seorang jurnalis. Hal tersebut yang menjadi bekalnya untuk melanjutkan kehidupan. Dan dalam salah satu kesempatan, dia mencoba mendaftar dalam salah satu pertukaran pelajar ke Kanada. Dia menerimanya dan menetap disana selama beberapa bulan.

Hingga lulus, Ahmad Fuadi mendapatkan banyak tawaran beasiswa. Dia sempat bekerja sebagai jurnalis di VOA Amerika. Keahliannya dalam mewawancarai patut diacungi jempol. Kemampuan luar biasanya yang membuat dia menjadi orang yang cerdas dan berkompeten dalam bidang tersebut. Pada tahun 2009. novelnya yang pertama di rilis dengan judul “Negeri 5 Menara” sebagai cerminan dari kehidupannya.

Negeri 5 Menara oleh Ahmad Fuadi

Buku ini sebagai pemenuhan janjinya yang dulu pernah terucap. Ahmad Fuadi ingin sekali membagi kisahnya selama menjadi santri untuk dapat dibaca oleh banyak orang. Sehingga hal tersebut tidak sia-sia dan mampu diambil hikmahnya oleh banyak orang. Pada tahun 2012, novel tersebut diangkat ke dalam film layar lebar dengan judul yang sama. Dengan beberapa pemain yang juga memiliki latar belakang sebagai santri tentunya. Film dan novel tersebut mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari para penikmat film dan novel. Menjadi salah satu novel best seller dan mendapat beberapa penghargaan atas jerih payah seorang Ahmad Fuadi. Dengan hati buku tersebut ditelurkan agar menjadi pembelajaran yang berguna bagi para penikmatnya. Petuah arab yang sangat terkenal dan menjadi tagline dalam novel tersebut adalah Man Jadda Wajadda. Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan mendapatkannya. Mantra yang menuntun Ahmad Fuadi untuk meraih mimpinya ke depan. Tagline ini kini menjadi sangat terkenal dan populer di kalangan masyarakat Indonesia. Tidak hanya kalangan tua-tua, tetapi para anak muda sangat mengagumi satu petuah ini kini.

Buku kedua dari triloginya pun dimunculkan pada tahun yang sama. Dengan judul “Ranah 3 Warna”, sebagai lanjutan dari perjalanan hidupnya.
Ranah 3 Warna

Bercerita tentang kelanjutan hidup seorang Ahmad Fuadi alias Alif yang telah menamatkan pendidikannya di Pondok Modern Madani dan mencoba mendaftar di ITB sesuai mimpi masa kecilnya tetapi gagal dan saat mengikuti UMPTN, dia mendapatkan pengumuman bahwa di lulus di Universitas Padjajaran Bandung. Dari sinilah perjalanan panjangnya dimulai. Hingga menemukan pendamping hidup yang kini menjadi istrinya. Dalam novel ini, Ahmad Fuadi memperkenalkan kata penyemangatnya yang berasal dari pepatah arab, yaitu man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Petuah ini yang dipegangnya hingga kini dan menuntunnya menjadi pribadi yang kuat.

Pada tahun 2012, buku ketiganya dengan judul “Berjalan Menembus Batas” diterbitkan. Buku yang bercerita tentang bagaimana perjuangan hidup dari para penulis dengan segala keterbatasan yang ada. Mulai dari keterbatasan fisik hingga keterbatasan ekonomi. Novel ini merupakan kompilasi dari beberapa penulis. Ahmad Fuadi menjadi penulis utama dari buku tersebut. Dari buku ini, kita menarik pelajaran tentang bagaimana susahnya meraih kesuksesan dengan bekal keterbatasan. Hikmah dari buku ini adalah bagaimana kita menghadapi kesulitan dan menjadikan itu sebagai cambuk guna mendapatkan kesuksesan. Tidak tanggung-tanggung, ada beberapa kisah yang mengajarkan kita menjadi pribadi kuat yang berlandaskan pada agama yang kuat. Bagaimana kita membangun karakter dan menemukan motto hidup. Bahkan visi dan misi kita kedepannya. Sebuah novel inspiratif yang mampu menggetarkan jiwa para pembacanya. Menjadi penyejuk bagi jiwa-jiwa yang menginginkan pencerahan.
Berjalan Menembus Batas

Pendidikan:
KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo (1988-1992) [5] Alumni Gontor 1992
Program Pendidikan Internasional, Canada World Youth, Montreal, Kanada (1995-1996)
National University of Singapore, Singapura studi satu semester (1997)
Universitas Padjadjaran, Indonesia, BA dalam Hubungan Internasional, (September 1997)
The George Washington University, Washington DC, MA dalam Media and Public Affairs (Mei 2001)
Royal Holloway, Universitas London, Inggris, MA dalam Media Arts, (September 2005)

Penghargaan dan Beasiswa:
SIF-ASEAN Visiting Student Fellowship, National University of Singapore, 1997
Indonesian Cultural Foundation Inc Award, 2000-2001
Columbian College of Arts and Sciences Award, The George Washington University, 2000-2001
The Ford Foundation Award 1999-2000
CASE Media Fellowship, University of Maryland, College Park, 2002
Beasiswa Fulbright, Program Pascasarjana, The George Washington University, 1999-2001
Beasiswa British Chevening, Program Pascasarjana, University of London, London 2004-2005
Longlist Khatulistiwa Literary Award 2010
Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia 2010
Penulis/Buku Fiksi Terbaik, Perpustakaan Nasional Indonesia 2011
Liputan6 Award, SCTV untuk Kategori Pendidikan dan Motivasi 2011
Resident Writer, Lake Cuomo – Italy, Rockefeller Foundation 2012

Pengalaman Profesional:
Penulis dan Kolumnis bebas, 1992-1998
Menulis ratusan artikel mengenai peristiwa terkini untuk media massa di Indonesia
Wartawan dari CJSR 3 TV Communautaire, St-Raymond, Quebec, Kanada, 1995
Asisten Penelitian, School of Media and Public Affairs, George Washington University, Washington DC, 2000-2001
Asisten Penelitian, Center for Media and Public Affairs, Washington DC, 2000-2001
Bekerja di Pemanasan Global dan Budaya Pop Project.
Wartawan, Majalah TEMPO[6], Jakarta, Indonesia, Augustus 1998-2002.
Mengulas dan menulis berita aktual mulai dari politik, ekonomi sampai berita seni.
Internasional koresponden, Majalah TEMPO[7], Washington DC, Agustus 1999-September 2002
Mengulas peristiwa dan menulis cerita dari titik-titik utama di AS seperti Pentagon, Gedung Putih, dan Capitol Hill. Di antara highlight dari laporannya adalah: penulisan cerita dan tindak lanjutnya peristiwa 11 September dari Washington DC dan mewawancarai tokoh-tokoh seperti Colin Powell dan Paul Wolfowitz
Produser TV dan Editor, Voice of America, Washington DC, Mei 2001-Oktober 2002
Wartawan, Voice of America, Jakarta, November 2002 – November 2005
Spesialis Publikasi dan Informasi, USAID-LGSP (Local Governance Support Program)Desember 2005-Agustus 2007
Direktur Komunikasi, The Nature Conservancy (TNC)[8] Agustus 2007-2009
The Nature Conservancy (TNC) sebagai salah satu organisasi konservasi terbesar di dunia, Bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan strategi komunikasi untuk meningkatkan dan mempertahankan kesadaran masyarakat dan dukungan TNC. Publikasi dan mengkoordinasikan semua usaha pemasaran TNC di Indonesia. Managed hubungan media, media monitoring, identitas visual dan branding, internal / eksternal publikasi, dan manajemen risiko. Mewakili TNC di arena nasional dan internasional. Bekerja sama dengan berbagai staf TNC di lebih dari 30 negara di dunia.

Pengalaman Belajar:
Trainer, Humas, Publikasi, menulis, fotografi. USAID-LGSP (2006-2007). Dihadiri oleh staf lembaga bantuan dari 8 propinsi di Indonesia.
Trainer, Workshop produksi TV, International Broadcasting Bureau-VOA, September 2005. Dihadiri oleh jurnalis TV / produsen dari 14 stasiun TV di Indonesia.
Certified trainer DDI untuk pengembangan organisasi
Speaker / fasilitator di berbagai negara seperti Kanada, Malaysia dan Amerika Serikat.
Mengajar anak sekolah di berbagai tempat seperti: Virginia, AS, PM Gontor, Bandung, dll

Keterampilan Bahasa:
Mempelajari 4 bahasa: bahasa Indonesia Inggris, Perancis dan bahasa Arab.

Nilai yang dapat saya pelajari dari pengalaman hidup seorang Ahmad Fuadi adalah bagaimana dia mampu menyemangati dirinya sendiri untuk lebih giat dalam menggapai cita-citanya. Menjadi inspirasi banyak orang dengan perjalanan hidupnya yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Mengajarkan saya bagaimana membangun karakter diri pribadi dan menularkan semangatnya yang berapi-api untuk meraih kesuksesan. Menginspirasi banyak orang untuk menjadi entrepreuner sosial untuk memajukan pendidikan Indonesia melalui yayasan Negeri 5 Menara.

Balada Pendidikan Indonesia

Pendidikan! Bagaimanapun pendidikan di Indonesia menjadi cicipan manis termahal buat para kaum menengah ke bawah alias para kaum miskin. Bisa dikatakan hanya beberapa janji realisasi dari pemimpin negeri yang mampu terbukti. Adanya ketidakmerataan pendidikan beserta fasilitasnya menjadi penghalang terberat buat para penerus bangsa, para mutiara di tengah tumpukan pasir hitam yang tak terjamah.

Ketidakmampuan para kaum miskin untuk menikmati pendidikan yang menjadi persyaratan terpenting demi perubahan nasib pun semakin memperosokkan kehidupan mereka. Tidak jarang, banyak anak kecil yang rela membantu kedua orang tua mereka mencari penghasilan dari jalan yang harusnya tidak mereka lakukan. Hal tersebut semata-mata hanya agar mereka bisa melanjutkan pendidikan di sekolah. Walaupun, mereka hanya mampu menikmati pendidikan di sebatas sekolah dasar. Yah, lagi-lagi biaya menjadi penghalang nomor satu buat kemajuan mereka.

Mutiara bangsa yang terkadang harus menerima kenyataan pahit untuk menghentikan mimpi mereka mencicipi manisnya ilmu pengetahuan. Manisnya kehidupan dengan pengetahuan akan apa yang ada di dunia ini. Satu hal yang perlu dicatat, adanya beberapa keteledoran pemerintah untuk menyediakan fasilitas pendukung pendidikan yang belum terlaksana menjadi fokus utama yang mesti dibenahi. Pendidikan Indonesia dengan program wajib belajar 9 tahun yang masih mengalami kekurangan disana-sini.

Hal tersebut masih diperparah dengan adanya korupsi dana pendidikan sehingga adanya beberapa dana pangkasan untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem pendidikan di Indonesia. Bayangkan, berapa banyak dana yang dianggarkan pemerintah untuk pendidikan? Dan berapa banyak sekolah layak yang tersebar di Indonesia? Mungkin separuh dari sekolah yang ada masih bisa dikatakan tidak layak pakai lagi.

Di beberapa daerah misalnya, ada beberapa gedung sekolah yang disita oleh personal hanya karena biaya sewa tanah yang tak terbayarkan. Begitu miris memang. Ditambah lagi dengan beberapa sekolah di daerah-daerah terpencil dan belum terjamah dengan teknologi canggih yang gedung sekolahnya setengah rubuh. Apa pemerintah masih ingin menutup mata akan hal ini? Apa masih harus menunggu beberapa sorotan media nasional maupun internasional lagi untuk menyadarkan mereka para pemimpin negara agar lebih memperhatikan rakyat kecil? Harus berapa banyak korban dari ketidakmerataan pendidikan ini lagi?

Pendidikan memang menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi kaum papah. Mereka mengharapkan setidaknya anak-anak mereka bisa mencicipi sedikit saja dari ilmu pengetahuan yang ditawarkan oleh sekolah. Contohnya saja, ada beberapa keluarga yang menyekolahkan anaknya hanya sampai kelas 3 ataupun 4 SD dikarenakan ketidakcukupan biaya. Itupun tetap disyukuri oleh mereka karena sang anak sudah memiliki bekal membaca dan berhitung. Yah, dirasa cukup untuk sekedar bekerja sebagai buruh rendahan. Sampai kapan mata rantai kemiskinan bakal terlepas dari keluarga tersebut apabila pemikiran ini tetap dibiarkan?

Entah kenapa pendidikan dirasa cukup oleh sebagian keluarga apabila sang anak telah memiliki setidaknya kemampuan menulis dan membaca. Bahkan ada beberapa daerah di Indonesia yang masih memiliki angka buta huruf yang cukup mengagetkan. Sebagian besar penduduk di wilayah tersebut tidak mengenal huruf selain bahasa lisan mereka sehari-hari. Mencengangkan? Pasti! Mungkin hal pertama yang terpikirkan oleh kita adalah dimana pemerintah saat ini? Tapi, kita juga tidak seharusnya menyalahkan pemerintah. Kenapa? Karena dari tangan kita juga harus ada kesadaran untuk mau ikut andil dalam pendidikan bagi kaum miskin tersebut.

Sudah seharusnya kesadaran masyarakat khususnya para sarjana pendidikan untuk mengajar di pelosok daerah tanpa memikirkan bayaran tinggi ditingkatkan. Ini guna membantu mensukseskan wacana pemerintah akan wajib belajar 9 tahun. Indonesia bisa dikatakan ketinggalan sistem pendidikannya dari negara-negara tetangga, tetapi kita tetap bisa menghasilkan talenta-talenta luar biasa di kancah internasional. Sebagai contoh, sudah berapa banyak medali emas maupun perak yang kita dapatkan dari ajang bergengsi olimpiade sains? Ini menjadi bukti bahwa anak-anak Indonesia memiliki otak yang luar biasa cemerlang.